Jumat, 14 Juni 2013

Indonesia Alergi Membaca dan Menulis



Sejak kecil kita telah diajarkan untuk membaca dan menulis mulai dari fiksi maupun non fiksi. Hal ini menandakan bahwa kita dituntut agar dapat mengembangkan diri kita kearah informasi yang luas. Tidak mengherankan bahwa negara yang maju adalah negara yang mayoritas penduduknya memiliki hobi membaca dan menulis disetiap waktu.
Pada dasarnya membaca merupakan jendela dunia yang membuat kita mengetahui banyak informasi baik akademik maupun non akademik. Selain itu, membaca memiliki kekuatan untuk meningkatkan kreatifitas sosial individu. Kenyataannya, penduduk indonesia tidak terlalu tertarik dalam hal membaca. Hal ini dapat dilihat bahwa penduduk Indonesia lebih suka berbicara daripada membaca.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 menunjukan bahwa minat membaca penduduk Indonesia sekitar 23,5%. Angka tersebut telah menggambarkan bahwa 72,5% penduduk Indonesia alergi untuk membaca. Begitu memprihatinkan lagi ketika menggetahui waktu mereka digunakan untuk menonton TV bahkan bermain. Hal inilah yang membuat Indonesia semakin terpuruk dan jauh tertinggal dari pengetahuan.
Dalam menulis pun tidak jauh berbeda dengan membaca bahkan lebih parah dan cukup memprihatinkan. Kenyataan ini dapat dilihat dari sebagian besar generasi muda lebih menyukai menulis dijejaring sosial daripada menulis sebuah karya. Jika dilakukan pengamatan terhadap hasil cipta sebuah karya dalam bentuk tulisan, bangsa ini masih dikategorikan rendah. Padahal dengan menulis sebuah karya, kita dapat mengukirkan sejarah untuk diwariskan kepada generasi selanjutnya. Coba banyangkan, seandainya tulisan tidak ada, maka kita benar-benar buta informasi dari pemikiran-pemikiran para ahli sebelumnya.
Sesungguhnya setiap orang memiliki potensi kemampuan dalam hal membaca dan menulis. Kabar tersebut akan menjadi kabar yang lebih baik jika setiap orang mampu mengelolah dan berlatih untuk membuat suatu karya. Dari suatu karya itu diharapkan dapat memberikan manfaat diberbagai bidang kehidupan dan sebagai salah satu bentuk motivasi dalam membaca dan menulis bagi setiap orang.
Sadar atau tidak, jika fenemona alergi membaca dan menulis terus meningkat maka dapat dibayangkan bahwa Indonesia akan semakin terbelakang dan jauh tertinggal oleh negara-negara yang mayoritas penduduknya begitu antusias dalam hal membaca dan menulis. Tentu kita tidak mau untuk terus tertinggal seperti ini. Oleh karena itu diperlukan suatu penanaman dan pengembangan budaya membaca dan menulis sejak dini.
Tidak ada kata terlambat untuk memulai perubahan. Apalagi jika perubahan tersebut dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan eksistensi Indonesia. Untuk itulah mulai dari sekarang, satu sama lain saling mengingatkan dalam menumbuhkan budaya membaca dan menulis. Hal ini akan berhasil jika semua elemen masyarakat saling berintegrasi untuk satu tujuan Indonesia maju. Tanggung jawab itu ada di tangan kita. Karena itulah, siapa pun Anda dan dari latar belakang apa pun, mari mulai membaca, menulis dan berkarya demi Indonesia tercinta.

Novia Puspita Arum
Mahasiswi PGSD FIP 
Universitas Negeri Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aplikasi