Sejak kecil kita telah diajarkan untuk membaca dan menulis mulai dari fiksi
maupun non fiksi. Hal ini menandakan bahwa kita dituntut agar dapat
mengembangkan diri kita kearah informasi yang luas. Tidak mengherankan bahwa
negara yang maju adalah negara yang mayoritas penduduknya memiliki hobi membaca
dan menulis disetiap waktu.
Pada dasarnya membaca merupakan jendela dunia yang membuat kita mengetahui
banyak informasi baik akademik maupun non akademik. Selain itu, membaca
memiliki kekuatan untuk meningkatkan kreatifitas sosial individu. Kenyataannya,
penduduk indonesia tidak terlalu tertarik dalam hal membaca. Hal ini dapat
dilihat bahwa penduduk Indonesia lebih suka berbicara daripada membaca.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 menunjukan bahwa minat
membaca penduduk Indonesia sekitar 23,5%. Angka tersebut telah menggambarkan
bahwa 72,5% penduduk Indonesia alergi untuk membaca. Begitu memprihatinkan lagi
ketika menggetahui waktu mereka digunakan untuk menonton TV bahkan bermain. Hal
inilah yang membuat Indonesia semakin terpuruk dan jauh tertinggal dari
pengetahuan.
Dalam menulis pun tidak jauh berbeda dengan membaca bahkan lebih parah dan
cukup memprihatinkan. Kenyataan ini dapat dilihat dari sebagian besar generasi
muda lebih menyukai menulis dijejaring sosial daripada menulis sebuah karya. Jika
dilakukan pengamatan terhadap hasil cipta sebuah karya dalam bentuk tulisan,
bangsa ini masih dikategorikan rendah. Padahal dengan menulis sebuah karya,
kita dapat mengukirkan sejarah untuk diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Coba banyangkan, seandainya tulisan tidak ada, maka kita benar-benar buta
informasi dari pemikiran-pemikiran para ahli sebelumnya.
Sesungguhnya setiap orang memiliki potensi kemampuan dalam hal membaca dan
menulis. Kabar tersebut akan menjadi kabar yang lebih baik jika setiap orang
mampu mengelolah dan berlatih untuk membuat suatu karya. Dari suatu karya itu
diharapkan dapat memberikan manfaat diberbagai bidang kehidupan dan sebagai salah
satu bentuk motivasi dalam membaca dan menulis bagi setiap orang.
Sadar atau tidak, jika fenemona alergi membaca dan menulis terus meningkat
maka dapat dibayangkan bahwa Indonesia akan semakin terbelakang dan jauh
tertinggal oleh negara-negara yang mayoritas penduduknya begitu antusias dalam
hal membaca dan menulis. Tentu kita tidak mau untuk terus tertinggal seperti
ini. Oleh karena itu diperlukan suatu penanaman dan pengembangan budaya membaca
dan menulis sejak dini.
Tidak ada kata terlambat untuk memulai perubahan. Apalagi jika perubahan
tersebut dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan eksistensi Indonesia.
Untuk itulah mulai dari sekarang, satu sama lain saling mengingatkan dalam
menumbuhkan budaya membaca dan menulis. Hal ini akan berhasil jika semua elemen masyarakat saling
berintegrasi untuk satu tujuan Indonesia maju. Tanggung
jawab itu ada di tangan kita. Karena itulah, siapa pun Anda dan dari latar belakang
apa pun, mari mulai membaca,
menulis dan berkarya demi Indonesia
tercinta.
Novia Puspita Arum
Mahasiswi PGSD FIP
Universitas Negeri Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar